.jpg)
“Namun pada tahun 1999-2011 lalu arahnya
berubah yakni mengarah pada aparat keamanan, tempat ibadah, kantor pemerintahan
dan sebagainya,” ujar Direktur Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Eko Satrio Agus Permadi, Sabtu
(26/5/2012).
Dijelaskan Eko, perubahan arah aksi itu
terjadi karena ada perasaan kekecewaan dan ketidakadilan yang dirasakan pelaku
terorisme pada pemerintah, sehingga memunculkan aksi ekstrem dari pelaku ke
tempat-tempat yang dianggap memunculkan ketidakadilan tersebut.
Eko menambahkan dengan adanya aksi-aksi
terorisme itu, BNPT telah merangkum beberapa tipe aksi radikal yang terjadi di
Indonesia. Tipe itu, jelas Eko, antara lain radikal gagasan, radikal milisi,
radikal separatis, radikal keyakinan kebenaran beragama dan radikal terorisme.
“Radikal milisi ini lebih mengarah pada komunal atau kelompok masyarakat.
Sementara, tipe radikal terorisme ini yang perlu mendapat penanganan serius
dari semua pihak,” papar dia.
Dengan kondisi itu, tambah Eko, pihak BNPT
telah merancang sejumlah kebijakan dalam upaya preventif terjadinya tindak
terorisme. Salah satunya dengan membuat training of
trainer (ToT) dari beberapa tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pendidik dan sejumlah
relawan, yang bertugas untuk mencegah adanya aksi terorisme di masyarakat.
“Tahun 2011 lalu di Indonesia ada 247
orang kader ToT yang siap untuk memberikan penjelasan sebagai upaya menangkal
aksi terorisme. Sedangkan tahun ini kami lebih menyasar ke sekolah-sekolah,
karena adanya kecenderungan siswa bergabung dalam gerakan seperti DI/TII dan
sebagainya,” paparnya.
Selain itu, BNPT juga berencana membangun
pusat deradikalisasi di Sentul Bogor yang berdiri satu kompleks dengan pusat
latihan penanggulangan terorisme. Upaya itu, jelas Eko, sebagai upaya untuk
mencegah aksi terorisme terulang, setelah pelaku menjalani masa hukuman
penjara. “Diakuinya, belum ada penanganan setelah menjalani hukuman pidana bagi
para pelaku terorisme. Sehingga proses deradikalisasi bisa berjalan baik,”
pungkas Eko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar