Senin, 20 Agustus 2012

‘Pake’ Bahasa Asing itu ‘Nggak’ Nasionalis? Siapa Bilang!


Setiap tanggal 17 Agustus, nasionalisme seakan menjadi api yang membakar gelora tiap orang Indonesia. Salah satu gelora nasionalisme diwujudkan lewat penggunaan bahasa nasional secara baik dan benar. Tapi jika hal itu digunakan sebagai dalih untuk enggan belajar bahasa asing, jelas sesuatu yang salah kaprah.

Kaum nasionalis di masa awal kemerdekaan bisa dijadikan contoh bagaimana bahasa asing adalah sesuatu yang akrab dan menjadi percakapan sehari-hari. Penggunaan bahasa asing di antara mereka bukanlah karena mereka “tidak nasionalis”, melainkan lantaran penguasaan mereka yang mendalam atas bahasa asing itu.

Bung Karno bisa dijadikan contoh terbaik bagaimana penguasaan bahasa asing merupakan hal yang bermakna penting. Ia adalah seorang polyglot (orang yang menguasai berbagai bahasa), yang punya gairah tersendiri terhadap bahasa asing. Dalam pidato-pidatonya, ia sering sekali menyitir berbagai ungkapan berbahasa asing. Ia juga sangat antusias untuk urusan bahasa Inggris. Bahkan, ia pernah mengungkapkan bahwa dalam mimpi tidurnya, ia selalu bercakap menggunakan bahasa Inggris.

Dalam momentum Hari Kemerdekaan ini, kita perlu menyadari betapa berartinya menguasai suatu bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Para founding father telah memberi teladan yang baik tak hanya bagaimana mereka memaknai nasionalisme secara lebih luas, tapi juga tentang pentingnya penguasaan bahasa Inggris. 

Sumber: Tempo.co

Suriah Dicoret dari Keanggotaan OKI


Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-4 resmi membekukan keanggotaan Suriah. KTT OKI juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera membantu menyelesaikan konflik di Suriah.

“Terkait masalah Suriah, KTT memutuskan untuk membekukan keanggotaan Suriah pada OKI,” ujar Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dalam siaran persnya, Rabu, 15 Agustus 2012.

Menurut Marty, KTT juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan agar konflik, pertumpahan darah, dan kekerasan di Suriah segera dihentikan.

“Kekerasan, pembunuhan, harus segera dihentikan. Masyarakat internasional, termasuk di dalamnya PBB, tidak boleh berpangku tangan. Peperangan yang terjadi Suriah telah mengakibatkan tragedi kemanusiaan,” kata Marty.

Selain masalah Suriah, secara khusus KTT Luar Biasa OKI juga membahas kondisi etnis muslim Rohingya di Myanmar. KTT menyayangkan kekerasan yang terjadi terhadap Muslim Rohingya dan mendorong pemerintah Myanmar untuk segera melakukan proses rehabilitasi dan rekonsiliasi di daerah Rakhine. KTT mendukung peran ASEAN dalam membantu Myanmar dalam proses reformasi dan demokrasinya termasuk dalam mengatasi permasalahan etnis Rohingya.

Sedangkan terkait isu Palestina, KTT mendukung keanggotaan Palestina sebagai anggota penuh PBB dan meminta seluruh anggota PBB mendukung perjuangan Palestina.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri KTT Luar Biasa ke-4 OKI di Makkah Al-Mukarramah, Arab Saudi, pada 14-15 Agustus 2012. KTT Luar Biasa OKI digelar untuk merespon beberapa isu aktual yang dihadapi umat Islam seperti situasi di Suriah, Palestina, dan muslim Rohingya.

Raja Saudi Arabia Himbau Umat Islam Bersatu


Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) luar biasa tentang solidaritas Islam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istana Al-Safa Makkah Al-Mukaromah, 26 Ramadhan 1433 bertepatan dengan Selasa (14/8) secara resmi telah dibuka.

Dalam pidato pembukaan KTT tersebut  Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz mengimbau seluruh umat Islam untuk bersatu menghadapi rintangan yang terus meningkat. Karena menurut Raja Abdullah perpecahan lebih buruk dari pada pembunuhan.

“Karena itu, perlu diadakannya dialog antarberbagai mazhab Islam,” kata Raja.

KTT itu dihadiri wakil 59 negara, 56 negara anggota OKI dan tiga negara pengamat serta tiga organisasi internasional. Raja yang dijuluki sebagai Penjaga Dua Kota Suci tersebut mengusulkan didirikannya pusat dialog antarmazhab Islam di Riyadh untuk mempromosikan keharmonisan antarmazhab.

Anggota pusat dialog ditentukan dari KTT Islam dengan usulan Sekretariat Jenderal OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu dan Dewan Menteri. Ekmeleddin Ihsanoglu dalam kesempatan itu mendesak para kepala negara agar berbuat sekuat mungkin untuk menyelesaikan masalah di dunia Islam. 

Sumber: Republika.co.id

Remaja Islam Masjid Cut Meutia Bahas Keberagaman dengan Dubes AS


Remaja Islam Masjid Cut Meutia (RICMA) menggelar diskusi dengan Duta Besar Amerika Serikat, HE Scot Marciel. Pertemuan ini diharapkan bisa memberikan gambaran tentang keberagaman beragama di Indonesia.

”Dengan hadirnya Duta Besar Amerika ke masjid kami, mudah-mudahan dapat memberikan suatu pandangan bagaimana keberagaman agama di sini,” kata ketua RICMA, Pradana Indraputra, di Jakarta, Rabu (15/8).

Dialog ini akan digelar di masjid Cut Meutia. Pradana menjelaskan, kegiatan ini menjadi rangkaian dari aktivitas RICMA selama Ramadhan tahun ini.

Keberagaman agama ini menjadi isu penting. Apalagi belum lama ini, kata Pradana, Indonesia sempat dituding sebagai negara yang intoleran.

Ia sangat berharap dengan diskusi ini kelak bisa menjadi sumber inspirasi bagi terciptanya perdamaian umat. ”Kami juga berharap Duta Besar Amerika bisa melihat secara dekat kehidupan Islam di Indonesia,” katanya.

Sumber: Republika.co.id

Jumat, 17 Agustus 2012

Napi Terorisme dan Narkoba Dapat Remisi Lebaran dan Kemerdekaan


Kementerian Hukum dan HAM akan memberikan remisi lebaran dan hari kemerdekaan pada terpidana kejahatan khusus seperti terorisme dan pengedar narkoba. Pemberian remisi ini diberikan karena merupakan hak bagi narapidana.

“Sementara masih menggunakan PP 28 tahun 2006 karena PP masih memungkinkan,” ujar Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin di Jakarta Senin, 13 Agustus 2012.

Menurut Amir, untuk tahun ini akan sangat berbeda dengan tahun yang lalu. Sebab Kemenkum dan HAM akan memberikan remisi umum dan khusus yang waktunya berdekatan.

Perlu diketahui, remisi umum diberikan pada hari peringatan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus dan remisi khusus diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut oleh narapidana dan anak pidana yang bersangkutan.

“Ada hitungan remisi khusus bagi yang beragama Islam dan remisi umum,” terangnya.

Dalam PP 28 tahun 2006 juga dituliskan: Bagi narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan remisi apabila: berkelakuan baik dan telah menjalani 1/3 (satu per tiga) masa pidana

Sumber : Detik.com

Di Somalia, Alqaida Didik Anak Jadi Pengebom

Ilustrasi

Organisasi internasional Alqaeda dikabarkan melakukan penculikan terhadap anak-anak di Somalia, guna dijadikan pelaku bom bunuh diri.

Mereka dilatih di sebuah tempat di Somalia, yang menyerupai barak militer. Selain itu mereka juga didoktrin tentang ajaran agama Islam dalam versi yang sangat ekstrim, seperti dapat masuk ke dalam surga jika mati sebagai martir dalam operasi bunuh diri.

Seperti dilansir oleh tribunnews dari Dailymail, Senin 13 Agustus 2012, para calon “pengantin” Alqaeda tersebut masih berusia belia, dengan kisaran usia dari tujuh hinggal 10 tahun. Keberadaan mereka, diungkap oleh seorang penyelidik bidang teror dan penulis asal Inggris, Neil Doyle, setelah otoritas Somalia melancarkan operasi penggerebekan di sebuah sekolah di Kota Mogadishu, Somalia.

Sekolah berasrama itu dikelola oleh seorang anggota Alqaeda yang terinspirasi oleh kelompok teroris Somalia, Al Shabaab.

Seluruh siswa di pondok pesantren itu mengenakan pakaian gamis. Jika melanggar kaki mereka akan dirantai.

Sebagian besar orangtua anak-anak itu tidak menyadari bahwa anak mereka berada di sana.

Operasi penggerebekan di sekolah itu, merupakan salah satu dari sekian operasi serupa yang digelar oleh otoritas Somalia dalam beberapa bulan terakhir. Diperkirakan 200 orang ditangkap dalam operasi tersebut.

“Mereka memperbudak anak-anak dan membentuk mereka menjadi pelaku teror bom bunuh diri,” ujar Neil.

Terungkapnya ‘sekolah teroris itu’ selang dari beberapa hari setelah kelompok teror Al Shabaab menyatakan bertanggungjawab atas bom kendali yang menewaskan setidaknya delapan tentara Somalia beberapa waktu yang lalu.

Ideolog Radikal Terus Bekerja


Ideolog-ideolog radikalisme agama yang menyaru sebagai ustad masih terus menyebarkan pemahamannya di berbagai masjid dan majelis-majelis di berbagai daerah. Mereka memengaruhi remaja-remaja untuk mengikuti pemahaman radikal.

Hal ini diungkapkan pengamat terorisme Sidney Jones di Jakarta, Selasa 14  Agustus 2012. Menurut dia, beberapa wilayah di Indonesia, seperti Solo, Medan, Poso, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Bima, dan Jakarta menjadi lokus-lokus penyebaran radikalisme.

Ia mengakui, gerakan kelompok radikal memang tidak semasif 10 tahun yang lalu, tapi dengan peran ustad-ustad radikal yang militan dalam menyebarkan pemahaman garis kerasnya tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya, para kader yang direkrut tergolong generasi muda yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan alumni Afganistan dan Filipina.

“Mereka merekrut generasi muda yang menganggur dan mendidiknya menjadi militan dan ini akan menjadi bom waktu yang tidak terduga,” ucapnya.

Karena itu dalam pandangan Sidney, gerakan mereka harus diwaspadai. “Jangan lupa bom buku yang dilakukan Peppy Fernando adalah gerakan terorisme yang berdiri sendiri tanpa melalui jaringan sebelumnya, seperti kelompok Amrozi atau Imam Samudra,” tandasnya.