Senin, 15 Oktober 2012

Berpikir Kristis, Benteng Remaja Hindari Pengaruh Terorisme

Para remaja sedang tanda tangan seruan damai saat
peringatan Bom Bali II, Bali, 1/10/2012

Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas mengatakan, saat remaja merupakan sasaran rekrutmen terorisme. Mereka biasanya direkrut unutk menjadi martir bom bunuh diri, seperti yang dialami Dani Dwi Permana (17 tahun). Selain itu, kasus terorisme terakhir yang terjadi di Solo juga dilakukan oleh remaja belasan tahun.

Untuk meminimalisir dan menghindarkan remaja terlibat dalam aksi terorisme tersebut, Nasir Abas mengajak semua elemen untuk melakukan upaya preventif agar aksi terorisme tidak lagi terjadi. Dan remaja sebagai generasi bangsa bisa terselamatkan dari infeksi virus radikal yang mengarah pada aksi teror.

“Cara yang efektif untuk menghindari atau memerangi terorisme adalah dengan memberikan pelatihan kepada para remaja,” kata Nasir pada Lazuardi Birru, di Jakarta, Rabu, 10/10/2012.

Menurut Nasir, pola rekrutmen terorisme saat ini cenderung membidik generasi muda lantaran mereka masih dianggap labil dan mudah dipengaruhi. Sehingga dengan doktrin tertentu dan iming-iming masuk surga, mereka mau melakukan aksi tersebut. “Para pelaku terorisme mengincar anak-anak muda yang gampang dicuci otaknya untuk menjadi seorang teroris karena mereka masih labil dan mudah dipengaruhi,” imbuhnya.

Karena itu, lanjut Nasir, keterlibatan seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan. Selain itu, kata Nasir, LSM dan para alim ulama juga harus berperan serta melakukan kegiatan pelatihan dengan berkerja sama pihak aparat keamanan sehingga terjadi sinergi dimasyarakat. “Namun yang paling penting adalah peran orangtua dalam mengawasi segala kegiatan anaknya di luar rumah,” demikian Nasir menjelaskan.

Menurut dia, kita tidak bisa menghindari keterlibatan remaja dalam menghadiri acara-acara pertemuan,  acara kumpul-kumpul atau acara lain yang kerap diikuti oleh para remaja. “Kita mengharapkan agar para remaja tersebut berfikiran terbuka atau bijaksana dan mencari ilmu sebanyak mungkin. Tanpa dengan terburu-buru menerima atau menyetujui suatu paham atau pendapat tersebut,” ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar