Senin, 11 Februari 2013

Karnaval Bajaj Untuk Kampanye Antiradikalisme


Bodi bajaj berwarna jingga terang itu penuh dengan dekorasi warna-warni. Bajaj yang satu ini menarik perhatian setiap pengguna jalan. Namun, ada yang menarik dari bajaj satu ini. Di atas kaca depan, terdapat sebuah slogan bertulis, ”Peace not Pieces,” alias Perdamaian dan Bukan Hancur Berkeping-keping.”

Ada pula bajaj lain yang memiliki tanda yang dapat menyala jika malam menjelang. Bertuliskan “Aman Sawary,” tanda itu bermakna Bajaj Perdamaian. Mohammad Salahuddin, salah seorang pengemudi “bajaj perdamaian” mengaku ide ini mampu meraup pelanggan. “Penumpang lebih menyukai dekorasi bajaj saya,” kata Salahuddin, girang.

Ide mendekorasi bajaj dengan slogan-slogan perdamaian merupakan karya seorang tokoh muda Pakistan, Ali Abbas Zaidi. Langkah ini diambil Zaidi karena kegelisahannya menyaksikan konflik sektarian yang telah menewaskan puluhan ribu warga Pakistan.

“Kami menggunakan ide ini sebagai strategi resolusi konflik,” kata Zaidi, yang kini menjabat sebagai ketua Aliansi Pemuda Pakistan, Jumat, 8 Februari 2013. Bajaj dipilih sebagai serangan balik terhadap kubu radikal yang kerap menggunakan alat transportasi beroda tiga itu. Melalui bajaj, kubu radikal kerap mengampanyekan perang terhadap India maupun Amerika Serikat.

Berbekal sumbangan sebesar US$ 25 ribu atau Rp 242 juta, Zaidi berserta kelompoknya telah mendekorasi lima bajaj di Kota Karachi. Mereka berencana akan menghias 50 bajaj lainnya di kota tersebut. Kelompok ini menggandeng seniman Nusrat Iqbal, yang terkenal di seluruh dunia untuk karya seni di kendaraan umum.

Karachi menjadi pilihan utama pria 25 tahun itu karena memiliki potensi kekerasan sektarian yang sangat besar. Berpenduduk 18 juta jiwa dari beragam suku dan aliran agama, kota ini menjadi saksi kematian 2.000 penduduk akibat kekerasan sektarian.

“Kami paham bahwa slogan damai di bajaj tidak akan menyelesaikan akar permasalahan kekerasan. Namun, kami berharap karya seni ini akan menjadi daun bagi pohon perdamaian,” ujar Nusrat. 

Sumber: tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar